Kamis, 07 November 2013

Mencegah Penyakit itu Mudah


                 Secara alamiah, kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan ayam tidaklah terjadi secara mendadak alias revolutif, akan tetapi secara bertahap, sesuai dengan interaksi antara bibit penyakit (BP) yang ada dengan ayam yang kita pelihara.  Pemahaman atas tulisan ini tentu saja akan mempermudah peternak untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dalam  lingkungan peternakannya secara efektif dan strategis.

                Ayam dan BP, termasuk juga makhluk hidup lainnya, secara universal mempunyai sifat ego.  Tegasnya, dalam menjaga kelestarian kehidupannya (baca: eksistensi), sifat ini menjadi sangat penting sekali.  Sebab kalau tidak, makhluk hidup yang bersangkutan dengan cepat atau lambat akan lenyap dari permukaan bumi alias punah. 
Pada BP, manifestasi dari sifat ego ini adalah kemampuannya untuk menerobos mekanisme pertahanan tubuh ayam (kemampuan melakukan invasi), termasuk kemampuannya untuk menggagalkan kerja suatu preparat antibiotika (kemampuan membentuk reaksi resisten).  Di lain pihak, sifat ego pada ayam dimanifestasikan dengan keberadaan mekanisme pertahanan tubuhnya, baik itu melalui sel darah putih (mekanisme fagositosis) ataupun melalui sel limfosit yang terkait dengan sistem kekebalan (respon kekebalan).
Kemampuan melakukan invasi (invasiveness) dari suatu BP dapat mengalami perubahan, tergantung kondisi lingkungannya.  Di lapangan, jika suatu BP tidak mendapatkan induk semang atau lingkungan yang sesuai, maka lama kelamaan BP tersebut akan mati atau setidak-tidaknya kemampuan untuk melakukan invasinya akan melemah.  Ini berarti, kemampuannya untuk merusak, apalagi untuk menimbulkan penyakit pada ayam yang ada sangatlah kecil.  Kondisi inilah sebenarnya yang terkandung dalam makna “istirahat kandang”.  Dengan kata lain, jika kita melakukan istirahat kandang yang cukup, tidak hanya kemampuan invasi suatu BP saja yang berkurang, akan tetapi variasi jenis dari BP di sekitar ayam kita juga akan  berkurang.
Sebaliknya, dengan tanpa istirahat kandang atau juga pada peternakan yang “multi-age” (dalam satu lokasi peternakan terdapat beberapa flok ayam dengan umur yang sangat bervariasi), berarti BP selalu mendapatkan induk semang (dalam hal ini ayam) yang sesuai.  Karena adanya sifat ego, kondisi ini tentu saja akan mendorong BP untuk meningkatkan daya invasinya dari waktu ke waktu.  Suatu ketika, daya invasi BP yang bersangkutan sudah berbeda sama sekali dengan aslinya alias sudah terbentuk BP dengan strain atau tipe baru yang tentu saja lebih ganas atau virulen.  Jadi, peternakan yang “multi-age” atau peternak yang mengabaikan istirahat kandang, secara tidak sengaja telah mendorong terciptanya BP dengan keganasan yang lebih hebat, dan tentu saja, secara tidak sengaja variasi jenis dari BP yang ada juga akan meningkat.
Sebenarnya ada tiga strategi yang secara bersamaan dapat dilaksanakan dalam usaha mencegah terjadinya kasus penyakit pada ayam yang kita pelihara.  Ketiga hal tersebut adalah:

1.       MENGURANGI POPULASI BP DI SEKITAR AYAM
Ayam yang kita pelihara tentu saja akan sehat jika populasi BP di sekitarnya sangat rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali.  Ada dua cara untuk mengurangi populasi BP di sekitar ayam, yaitu dengan istirahat kandang yang cukup dan juga dengan pelaksanaan proses-proses sanitasi/desinfeksi yang baik dan benar.  Umumnya, istirahat kandang berkisar antara 1-3 minggu, tergantung tingkat keparahan dan frekuensi kasus penyakit yang pernah terjadi.  Lama istirahat kandang dihitung ketika kandang telah bersih dan didesinfeksi dengan baik.
Untuk mengoptimalkan usaha-usaha dalam mengurangi populasi BP di sekitar ayam yang kita pelihara, tentu saja kita harus mempunyai fokus yang jelas.  Target mikroorganisme yang akan dikontrol jelas mikroorganisme yang selalu mengakibatkan masalah di peternakan yang bersangkutan.  Dengan kata lain, target utama kita adalah BP yang dominan di lingkungan ayam yang dipelihara. 
Ada beberapa cara untuk mengetahui BP yang dominan di sekitar ayam yang kita pelihara, yaitu dengan membaca dan menganalisa sejarah kasus-kasus penyakit di peternakan tersebut, melakukan diskusi dengan penanggungjawab peternakan, atau bahkan bisa langsung melakukan pengamatan di lapangan secara periodik.  Informasi tentang kasus-kasus yang ada juga bisa ditambahkan informasi  dari dinas peternakan setempat tentang kasus-kasus endemik di area yang bersangkutan.
Jika BP yang dominan telah diketahui, maka tentu saja kita dapat mengetahui interaksi antara BP tersebut dengan lingkungannya (aspek epidemiologis) dan aktifitas BP tersebut di dalam tubuh ayam (aspek patogenesis).  Material yang digunakan untuk menyebar, misalnya feses, air liur atau ketombe bulu tentu saja harus diberi perhatian lebih dalam usaha mencegah penyebaran BP lebih lanjut.  Dengan keberhasilan mengidentifikasi BP yang dominan juga akan mempermudah menentukan strategi yang jitu untuk mengontrolnya, apakah menggunakan vaksin, antimikroba, atau desinfektan tertentu.
Adapun desinfektan yang dipakai tentu saja harus cocok dengan BP yang ada di dalam lokasi peternakan yang bersangkutan, jadi bukanlah berdasarkan harga yang paling murah atau karena sudah terlanjur kontrak.  Mulailah menganalisa efektifitas suatu desinfektan terhadap masing-masing kelompok mikroorganisme yang ada.  Rotasi penggunaan suatu desinfektan bukanlah disebabkan oleh adanya BP yang resisten, akan tetapi lebih disebabkan oleh adanya perubahan BP yang dominan dalam suatu area peternakan. 

2.       MENCEGAH KONTAK ANTARA BP DENGAN AYAM
Selain lingkungan yang bersih alias minim BP, ayam yang kita pelihara juga akan tetap sehat jika tidak ada induksi BP baru ke lingkungan ayam yang dipelihara.  Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah induksi atau kontak baru antara ayam yang dipelihara dengan BP yang patogen, yaitu:
·         Mengatur lalu lintas karyawan (employee), kendaraan (vehicle), peralatan peternakan (fomite), dan hewan-hewan liar di sekitar ayam (ferret animals) sesuai dengan konsep “biosecurity” yang baku.  Hal ini cukup penting, karena penulis pernah menemukan kesalahan dalam menentukan rute kendaraan yang membawa pakan di dalam suatu peternakan dari gudang pakan ke kandang-kandang ayam yang ada.  Kandang-kandang ayam yang bermasalah seharusnya mendapat pengiriman pakan yang terakhir, dengan kata lain, rute mobil pembawa pakan tersebut harus selalu dievaluasi, sesuai dengan kondisi kesehatan ayam dalam masing-masing kandang.
·         Secara rutin melakukan pemeriksaan sumber-sumber air yang akan digunakan untuk peternakan yang bersangkutan, karena BP dapat masuk ke lingkungan peternakan melalui air.  Pemeriksaan kandungan mikroba dalam air secara rutin tentu saja akan membantu menentukan strategi pengolahan air yang tepat untuk mencegah kontak antara BP dengan ayam yang ada.
·         Pakan ayam bisa juga “ditumpangi” oleh BP tertentu untuk masuk ke dalam lokasi peternakan.  Oleh sebab itu, penanganan, penyimpanan dan transportasi pakan haruslah sesuai dengan tata laksana pakan yang baku.
·         Insekta seperti lalat kandang, juga dapat merupakan media potensial untuk membawa BP ke lingkungan ayam yang dipelihara.  Lakukan kontrol secara rutin dengan menggunakan insektisida yang cocok.

3.       MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM
Yang jelas, ayam akan tetap sehat jika total energi dan bahan-bahan nutrisi lain yang dikonsumsi setiap hari memenuhi strandart kebutuhan masing-masing strain.  Dengan melakukan monitoring yang ketat terhadap tingkat konsumsi pakan setiap harinya, maka secara tidak langsung kita sudah berusaha meningkatkan daya tahan tubuh ayam dalam menghadapi BP yang ada.
Di lain pihak, lingkungan ayam yang nyaman tentu saja akan mengurangi level stres pada ayam.  Daya tahan tubuh ayam akan lebih baik dalam lingkungan dengan kadar amonia yang rendah, tidak berdebu, cukup oksigen, temperatur dan kelembaban yang sesuai, dan tidak terlalu padat.
Pada akhirnya, penggunaan vaksin yang cocok dan dengan program yang sesuai dengan tantangan BP lapangan jelas akan membantu meningkatan daya tahan tubuh ayam secara nyata.  Juga penggunaan bahan-bahan antimikroba untuk program pencegahan ataupun kontrol BP yang ada sangat membantu memperbaiki kondisi tubuh ayam.  Antimikroba yang dipakai haruslah efektif, artinya cocok untuk BP yang ada dan juga strategis dalam penggunaannya.
                Dengan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mencegah terjadinya ledakan kasus penyakit di suatu lingkungan peternakan ayam tidaklah terlalu sulit, asal kita secara konsisten melaksanakan hal-hal yang telah disebutkan, dan itu tidak lain adalah implementasi tata laksana peternakan yang baik.  Penggunaan vaksin dan preparat antimikroba (antibiotika) hanyalah suatu “asesori” dalam tindakan untuk mencegah suatu kasus penyakit di peternakan.  Jadi …, adalah suatu kesalahan yang sangat besar, jika kita mengandalkan vaksin dan obat dalam mencegah penyakit di peternakan kita.. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar