Gangguan pernafasan seolah “lekat” dengan kehidupan ayam moderen. Ketika kita berbicara masalah tersebut,
langsung terbayang suatu problem yang disebabkan banyak faktor (multi
faktor). Di samping secara normal memang
terdapat cukup banyak mikroflora di permukaan saluran pernafasan ayam, kontak
secara langsung dengan udara pernafasan (udara dari luar tubuh) sangat
memungkinkan terjadinya kontak antara mikroba kontaminan dalam udara dengan
alat pernafasan ayam.
Pada bangsa unggas (ayam) sistem pernafasannya
sedikit banyak berbeda dengan bangsa hewan menyusui. Rasio volume paru-paru unggas dengan volume
tubuhnya umumnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada hewan menyusui. Di samping itu, pada ayam, pertukaran
gas/udara pernafasan terjadi di sepanjang kapiler-kapiler udara paru-paru yang
berbentuk seperti jala, bukan di dalam alveolus (rongga udara dalam paru-paru). Itulah sebabnya mengapa ayam atau bangsa
unggas secara umum sangat mudah mengalami keracunan secara per-inhalasi. (Ingat, dalam medan perang, tentara sering
menggunakan ayam atau unggas lainnya untuk mendeteksi adanya gas beracun yang
disebar oleh pihak musuh!!!).
Banyaknya
faktor yang terlibat dalam gangguan pernafasan mengakibatkan sulitnya melakukan
diagnosa di lapangan. Di lain pihak,
seorang praktisi lapangan harus dengan cepat bisa menentukan diagnosanya,
sehingga langkah-langkah pencegahan ataupun tindakan pengobatan dapat sesegera
mungkin dilakukan.
Pada
ayam moderen, gangguan pernafasan adalah suatu problem yang tidak asing lagi
buat para peternak. Umumnya dikenal
dengan “Chronic Complex Respiratory Disease” (CCRD) yang selalu diartikan
infeksi kompleks antara Mikoplasma dengan kuman Koli. Akan tetapi, pada kenyataannya, gangguan
pernafasan yang memberikan gejala yang mirip dengan CCRD kadang kala bisa
disebabkan kombinasi infeksi suatu faktor/mikrooganisme dengan mikroorganisme
lain. Itulah sebabnya gangguan
pernafasan pada ayam moderen sering kali disebut dengan “CCRD-like” oleh
beberapa praktisi perunggasan.
Penyebab
“CCRD-like” dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1.
Faktor
penyebab primer,
misalnya: debu kandang dan/atau kadar
amonia yang terlalu tinggi, adanya tantangan virus-virus tertentu (IB, ND, ILT)
yang berasal dari vaksin aktif ataupun virus lapang, serta infeksi Mikoplasma
(Mg/Ms).
2.
Faktor
penyebab sekunder, misalnya:
kuman Escherichia coli, Salmonella spp.,
Pasteurella spp., atau Haemophyllus
spp.
Faktor-faktor dari kedua kelompok di atas dapat membentuk beberapa
kombinasi untuk memberikan gejala “CCRD-like”.
Itulah sebabnya mengapa penggunaan preparat antibiotika dalam mengatasi
kasus “CCRD-like” sering kali memberikan hasil yang sangat bervariasi. Dalam hal ini, isu sudah terjadinya
resistensi terhadap preparat antibiotika tertentu dengan mudah akan berkembang
dan selanjutnya dapat membentuk opini umum yang keliru.
Kadang
kala, kita sudah dapat mengarahkan diagnosa yang akan dibuat dengan menganalisa
hubungan antara umur ayam dengan gangguan pernafasan yang terjadi. Munculnya gejala gangguan pernafasan pada
ayam biasanya berhubungan erat dengan status kekebalan yang diperoleh dari
induk, kondisi ayam yang bersangkutan secara keseluruhan, serta kemampuan agen
penyebab untuk menginvasi ataupun mengiritasi/merusak alat-alat pernafasan
tertentu. Perhatikan tabel satu yang
tertera di bawah ini:
TABEL 1: Korelasi umur ayam (minggu) dengan gangguan
pernafasan yang mungkin terjadi
|
Umur ayam
(mg):
|
ND:
|
IB:
|
AI:
|
ILT:
|
Mg/Ms:
|
SHS:
|
Cory-za: |
NH3:
|
Pox:
|
Aspergillo-sis:
|
Ca - cing:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1-2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4-5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5-6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7-dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Catatan: ND (New Castle Disease), IB (Infectious
Bronchitis), AI (Avian Influenza),
ILT
(Infectious Laryngo-Tracheitis), Mg/Ms
(Mycoplasma gallisepticum / Mycoplasma
synoviae),
SHS (Swollen Head Syndrome), Coryza (Snot),
NH3 (amonia),
Aspergillosis
(Brooder pneumoniae), Cacing (infestasi Syngamus
trachealis).
Berdasarkan tabel di atas, jika dalam minggu
pertama ayam sudah mengalami gangguan pernafasan, maka kemungkinan-kemungkinan
kasus yang terjadi adalah:
¨
Infeksi Mycoplasma gallisepticum (Mg) atau Mycoplasma synoviae (Ms). Hal ini terjadi karena mungkin ayam yang
bersangkutan tertular Mg/Ms secara vertikal dari induknya. Karena adanya faktor-faktor stres seperti
penanganan DOC di gedung penetasan, jarak dan kondisi transportasi, serta perlakuan-perlakuan
di komersil farm (tata laksana brooder dan vaksinasi), maka Mycoplasma yang ada
di dalam tubuh ayam yang bersangkutan akan berkembangbiak dengan cepat,
mengiritasi alat pernafasan dan mengakibatkan munculnya gejala-gejala klinis
yang signifikan.
¨
Infeksi virus
bronkitis menular (IB). Pada ayam,
infeksi IB mempunyai masa inkubasi yang termasuk singkat, yaitu antara 17-36
jam (rata-rata 24 jam). Ini berarti,
kalaupun DOC mendapat infeksi virus IB secara horizontal, maka hanya dalam
tempo 24 jam gejala klinis akan terlihat dengan jelas.
¨ Adanya infeksi jamur Aspergillus
fumigatus dan atau
Aspergillus niger. Kasus ini sering
kali dinamai Aspergillosis atau Brooder Pneumoniae. Jika DOC terhisap spora jamur tersebut di
atas - baik yang terjadi di lingkungan penetasan, selama masa transportasi,
maupun ketika berada di dalam brooder di farm komersil - maka gejala gangguan
pernafasan dapat terlihat dalam tempo yang relatif singkat. Perkembangan spora jamur akan mengiritasi
alat pernafasan ayam, atau bahkan pada fase lanjut akan mengganggu aliran udara
pernafasan.
Selanjutnya, gangguan
pernafasan yang terjadi dalam minggu pertama dari umur ayam dapat juga
merupakan suatu reaksi sesudah vaksinasi ND atau IB aktif. Dalam kondisi normal, reaksi sesudah
vaksinasi akan muncul pada hari kedua sampai hari keenam setelah pemberian
vaksin aktif. Jika gangguan pernafasan
muncul pada hari ke tujuh ke atas, maka besar kemungkinan disebabkan oleh
aplikasi vaksin yang tidak menyeluruh atau jeleknya sistem sirkulasi udara
dalam kandang.
Gangguan pernafasan yang
disebabkan oleh infeksi ND (dari virus lapang) paling cepat terjadi pada minggu
kedua ke atas. Umumnya para breeder akan
melakukan vaksinasi ND yang ketat, sehingga antibodi terhadap ND yang ada
diturunkan dari induk ke DOC dan akan melindungi anak ayam tersebut sampai
minggu kedua. Hal yang serupa sebenarnya
terjadi juga untuk infeksi Avian Influenza (AI), akan tetapi konfirmasi
keberadaan virus ini di Indonesia masih belum jelas, demikian juga laporan resmi
tentang kejadian kasus AI pada peternakan ayam ras di Indonesia belum penulis
temukan.
Gangguan pernafasan yang
disebabkan oleh amonia biasanya terjadi setelah adanya akumulasi feses ayam
dalam litter dengan jumlah yang signifikan.
Kondisi ini dapat terjadi setelah ayam berumur 3 minggu ke atas. Konsentrasi amonia 25 ppm ke atas di dalam
kandang akan mengakibatkan iritasi dan gangguan pernafasan yang ringan. Pada
tahap selanjutnya, infeksi sekunder dengan mudah akan terjadi.
Infeksi virus ILT maupun cacar
ayam (pox) dapat mengakibatkan gangguan pernafasan setelah ayam berumur 3
minggu ke atas. Ayam yang berumur dua
minggu ke bawah biasanya tidak suseptibel terhadap serangan kedua virus
tersebut.
Sindroma kepala bengkak
(Swollen Head Syndrome) sering terjadi dalam 5 tahun terakhir ini. Umumnya menyerang ayam di atas 3 minggu. Sampai sekarang, agen penyebabnya masih
diperdebatkan, apakah disebabkan oleh infeksi murni suatu virus (Turkey
Rhinotracheitis Virus/TRTV) atau merupakan infeksi kompleks antara beberapa
virus (IB dan IBD) dengan kuman Koli.
Yang jelas, penggunaan antibiotika dan perbaikan sirkulasi udara dalam
kandang dalam kasus ini hanya akan mengurangi tingkat keparahan kasus, walau
tidak menghilangkannya sama sekali.
Infeksi kuman Haemophyllus paragallinarum (Coryza/Snot)
umumnya terjadi pada ayam yang berumur lebih dari 3 minggu. Di Mexico kasus Coryza yang ganas dapat
ditemukan pada ayam potong sekitar 3 minggu.
Di Indonesia, kasus Coryza lebih sering terjadi pada ayam bibit atau
ayam petelur komersil. Umumnya, ayam
yang berumur lebih dari 4 minggu mempunyai kepekaan yang lebih terhadap kuman
penyebab snot.
Gangguan pernafasan yang
disebabkan oleh infestasi cacing Syngamus
trachealis relatif jarang. Kalaupun
terjadi, mungkin gejala klinis tidak tampak dengan jelas, karena populasi
cacing belum sampai pada tahap mengganggu dan ayam sudah siap dipotong (pada
broiler). Sedangkan pada ayam bibit atau
petelur komersil, infestasi cacing ini juga tidak tinggi.
Dalam melakukan diagnosa
gangguan pernafasan, hal-hal yang berhubungan erat dengan karakteristik agen
penyebab sedikit banyak juga harus dikuasai, misalnya: bagaimana kecepatan penyebarannya
(morbiditas), jumlah ayam yang mati (mortalitas), atau bahkan yang juga harus
dikuasai adalah masa inkubasi dan lamanya perjalanan penyakit yang disebabkan
oleh agen-agen infeksius. Sebagai
contoh, infeksi virus ND dan IB mempunyai pola morbiditas tidak berbeda terlalu
banyak, akan tetapi mempunyai pola mortalitas yang berbeda. Gangguan pernafasan yang disebabkan oleh
jamur Aspergillus umumnya tidak
mempunyai morbiditas yang tinggi. Lihat
tabel 2 di bawah ini:
TABEL 2: Masa inkubasi dan lamanya
perjalanan penyakit pernafasan
pada ayam
|
NAMA
PENYAKIT:
|
MASA
INKUBASI:
|
PERJALANAN
PENYAKIT:
|
|
|
|
|
|
AI
|
3-5 hari
|
10-14 hari
|
|
POX
|
4-10 hari
|
lambat & lama
|
|
IB
|
17-36 jam
|
10-14 hari
|
|
ILT
|
2-12 hari
|
7-14 hari
|
|
ND
|
5-7 hari
|
10-14 hari
|
|
SHS
|
3-5 hari
|
5-10 hari
|
|
MYCOPLASMA
|
3-10 hari
|
lambat & kronis
|
|
CORYZA/SNOT
|
beberapa jam–3 hari
|
bbrp. hari s/d 3 bln.
|
|
ASPERGILLOSIS
|
beberapa jam–10 hari
|
2-6 mg (akut)
s/d 3 bln. (kronis)
|
|
|
|
|
Selanjutnya, dalam
melakukan diagnosa gangguan pernafasan pada ayam, juga perlu dilakukan
pengamatan terhadap gejala klinis di lapangan.
Dan tentu saja fokus pengamatan harus di sekitar alat-alat pernafasan,
yaitu:
·
Apakah ada kebengkakan di daerah kepala, khususnya di area sinus-sinus
kepala.
·
Apakah ada pengeluaran cairan yang berlebihan/abnormal dari rongga
hidung.
·
Apakah ada suara-suara aneh pada saat ayam melakukan proses pernafasan
·
Atau apakah ayam menunjukkan posisi atau postur tubuh yang aneh pada saat
melakukan pernafasan.
Dengan demikian, diagnosa dini akan mudah
ditegakkan, sebab kalau tidak, dengan moorbiditas yang tinggi, kerugian besar
tampak di depan mata.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar