Air tak dapat dipisahkan dari
suatu kehidupan, termasuk pada ayam broiler moderen. Adanya masalah air minum selama pemeliharaan
ayam broiler, baik dari segi kuantitas ataupun kualitas, tentu saja akan
mempengaruhi penampilan akhirnya. Tuaian
panen jelas tidak sesuai dengan potensi genetik ayam yang dipelihara dan
kerugianpun nyata di depan mata peternak.
Air bersih merupakan suatu
komponen kimia yang sangat penting untuk kehidupan dan pertumbuhan ayam
potong. Sebagai ilustrasi, walaupun
kehilangan sampai dengan 98% dari lemak tubuhnya atau 50% dari protein tubuhnya
ayam akan tetap hidup. Akan tetapi, jika
kehilangan air tubuh sampai dengan 10%, ayam dewasa akan mengalami
gangguan-gangguan fisiologis yang cukup serius.
Menurut Pattison (1993), kehilangan air tubuh sampai dengan 20% akan
mengakibatkan kematian ayam secara nyata.
Kualitas
Air
Kualitas air yang layak
untuk suatu peternakan ayam dapat diamati melalui beberapa kriteria,
yaitu: keadaan warna, kekeruhan, tingkat
kesadahan, derajat keasaman (pH), kandungan zat besi, total padatan yang
terlarut, kadar nitrat/nitrit, kandungan senyawa logam berat serta total
kandungan mikroorganismenya. Di
lapangan, pendeteksian dini kualitas air minum dapat menggunakan panca indera
yang ada, misalnya dengan mengamati kekeruhan, perubahan warna, bau serta
bagaimana efeknya pada kulit manusia.
Toleransi ayam terhadap
beberapa mineral terlarut sangat terbatas.
Sebagai contoh, kadar maksimum beberapa mineral yang terkandung di dalam
air yang dianggap layak untuk ayam broiler seperti yang tertera dalam tabel
terlampir.
Tabel 1: Kadar
Maksimum Beberapa Mineral Dalam Air Minum Ayam
Jenis Mineral/Garam Mineral:
|
Kadar Maksimum (ppm):
|
Magnesium (Mg++)
|
125
|
Klor (Cl-)
|
250
|
Sodium (Na+)
|
200
|
Sulfat (SO4=)
|
250
|
Klorin
|
5
|
Air yang berasal dari
daerah rawa-rawa umumnya tidak layak untuk peternakan ayam. Umumnya mempunyai pH yang agak asam karena
tingginya proses pembusukan dan fermentasi bahan-bahan organik yang ada. Di samping itu, air rawa-rawa umumnya
mempunyai kandungan mikroorganisme yang relatif tinggi. Ini berakibat, air merupakan suatu sumber
kontaminan yang potensial bagi lingkungan kandang ayam.
Derajat keasaman (pH) air
minum ayam yang baik berkisar antara 6,8 – 7,2.
Ayam masih mau minum pada pH terendah 6,4 dan pH tertinggi 8,0. Jika pH terlalu asam, maka penambahan soda
kue (natrium bikarbonas) akan dapat membantu memperbaiki pH air. Sebaliknya, penambahan asam jeruk (asam
sitrat) akan memperbaiki pH air yang terlalu alkalis/basa. Tentu saja, jumlah soda kue atau asam jeruk
yang ditambahkan sangat tergantung pada derajat keasaman air yang ada.
Air yang mempunyai
kesadahan yang tinggi umumnya mengandung kadar kalsium (Ca) atau magnesium (Mg)
yang tinggi. Kondisi seperti ini akan
mengakibatkan penyumbatan-penyumbatan pada saluran air, mengganggu kelarutan
dari preparat antibiotika ataupun disinfektan, merusak vaksin aktif, serta
dapat mengakibatkan ayam mengalami diare yang cukup serius. Penggunaan senyawa polifosfat dapat
mengurangi tingkat kesadahan air.
Kandungan mikroorganisme
yang tinggi akan mengakibatkan konversi pakan dan kematian ayam meningkat,
seringnya terjadi kasus diare, serta banyaknya ayam yang akan diafkir karena
pertumbuhannya sangat jelek. Pemberian
klorin 1-3 ppm dalam air minum ayam akan sangat membantu kondisi seperti ini.
Kandungan klor melebihi 5 ppm dapat menurunkan daya minum ayam dan juga
mengakibatkan ayam diare. Pada pemberian
klorin, selain dosis juga harus diperhatikan waktu kontak. Artinya, diperlukan waktu minimum selama enam
jam bagi klorin untuk membunuh sebagian besar mikroorganisme di dalam sediaan
air. Dengan kata lain, setelah pemberian
klorin, air harus didiamkan terlebih dahulu selama 6 jam, baru diberikan kepada
ayam.
Seperti yang telah
dijelaskan di atas, rendahnya kualitas air dalam suatu peternakan akan
mengakibatkan kasus-kasus diare yang lebih tinggi. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan kadar
amonia dalam kandang ayam akan lebih tinggi, dan pada akhirnya akan
mengakibatkan berbagai gangguan pernafasan serta hasil akhir peternakan yang
tidak optimal.
Preparat antibiotika yang
bersifat basa lemah akan mudah larut dalam suasana asam lemah, demikian pula
sebaliknya. Kelompok Sulfonamida
(preparat Sulfa) dan kelompok Beta-laktam (kelompok Penicillin) bersifat asam
lemah, sedangkan kelompok Aminoglikosida (Steptomycin, Kanamycin, Neomycin,
Gentamycin), kelompok Makrolida (Tylosin), kelompok Tetracyclin dan Linkosamida
bersifat basa lemah. Pencampuran vitamin
ataupun elektrolit dalam preparat antibiotika dalam sediaan air minum kadang
kala dapat mengganggu kelarutannya ataupun potensinya.
Kuantitas
Air
Kadar air dalam tubuh ayam broiler yang berumur kurang dari 3 minggu
kira-kira 85% dari bobot badan, sedangkan pada ayam dewasa tidak lebih dari
70%. Gambaran ini memberikan makna bahwa
problem dehidrasi (kehilangan cairan tubuh yang berlebihan) akan memberikan
efek negatif yang jauh lebih nyata dan lebih sering terjadi pada ayam-ayam
broiler muda.
Secara fisiologis normal, dalam tempo 36-48 jam setelah menetas, bobot
badan anak ayam umur sehari (DOC – day old chick) akan mengalami penurunan
sampai dengan 10-12% dari bobot badan awal pada saat menetas. Selanjutnya, pada DOC kehilangan cairan tubuh
lebih dari 12% akan mengakibatkan gangguan fisiologis yang serius alias sudah
terjadi dehidrasi.
Kejadian dehidrasi pada ayam broiler muda tentu saja akan
mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi fisiologis tubuh secara
keseluruhan. Salah satu dampaknya adalah
terjadinya gangguan proses mitosis (pembelahan) sel-sel tubuh yang selanjutnya
akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan keseragaman ayam broiler yang
dipelihara.
Di lapangan, dehidrasi ringan pada tahap dini sering kali tidak
terdeteksi dengan baik, dan umumnya lebih disebabkan karena tata laksana induk
buatan yang tidak betul. Jumlah tempat
minum (drinker) yang terlalu sedikit, distribusi drinker yang tidak merata
dalam induk buatan (brooder), serta suhu air yang terlalu rendah (lebih kecil
dari 20oC) merupakan contoh kondisi-kondisi lapangan yang dapat
mengakibatkan ayam tidak mendapatkan air minum yang cukup.
Ada beberapa gambaran klinis yang dapat diamati pada ayam yang
mengalami problem dehidrasi, yaitu:
Ø Bobot badan umumnya sangat ringan dan ayam tampak lesu.
Ø Warna bulu kadang kala tidak homogen, tidak cerah (kusam), kasar, dan
cenderung keriting.
Ø Sisik kaki kering dan cenderung berbentuk cembung atau cekung, tidak rata
dan tidak mengkilat.
Ø Turgor (elastisitas) kulit hilang dan kulit cenderung melekat pada
jaringan di bawahnya.
Ø Ayam malas bergerak, mata cekung dan kelopak mata rata-rata tertutup.
Beberapa hal di bawah ini memang patut disimak, agar ayam broiler yang
dipelihara dapat memperoleh air yang sesuai dengan perkembangan fisiologis
ayam. Tata laksana air minum ini harus
sudah terjabar dengan baik mulai dari DOC dan sepanjang kehidupan ayam. Hal-hal tersebut adalah:
Ø Hangatkan air minum sebelum DOC dilepas di dalam indukan buatan
(brooder). Temperatur air yang hangat
tentu saja sangat membantu keseimbangan temperatur tubuh DOC tersebut. Ayam akan menolak minum jika temperatur air
pada hari-hari awal kehidupannya di bawah 15oC. Dengan demikian, dehidrasi dini dapat juga
terjadi pada fase brooder.
Ø Lakukan kontrol yang berkesinambungan terhadap rasio tempat air minum
(drinker) dengan jumlah ayam yang ada.
Kontrol juga dilakukan terhadap distribusi dan ketinggian drinker
terhadap tubuh ayam. Ketinggian drinker
yang baik adalah setinggi pundak ayam pada saat berdiri normal.
Ø Bersihkan drinker setiap hari dengan desinfektan sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. Jangan lupa melakukan
pembilasan setelah penggunaan desinfektan.
Ø Lakukan monitoring terhadap kualitas air minum yang digunakan paling
sedikit setiap tiga bulan sekali.
Ø Bila perlu, lakukan klorinasi secara rutin untuk mencegah masuknya
mikroba baru ke dalam lingkungan kandang ayam.
Selain pakan yang berkualitas, penanganan air minum ternyata tidak dapat
dianggap “sepele”. Kadang kala,
kegagalan vaksinasi juga terkait erat dengan kualitas air yang digunakan pada
saat aplikasi vaksin. Oleh sebab itu,
untuk mendapatkan hasil yang optimal, biasakan melakukan kontrol terhadap
kualitas air secara rutin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar