Kamis, 07 November 2013

Deteksi Dini Gangguan Pernafasan



          Gangguan pernafasan seolah “lekat” dengan kehidupan ayam moderen.  Ketika kita berbicara masalah tersebut, langsung terbayang suatu problem yang disebabkan banyak faktor (multi faktor).  Di samping secara normal memang terdapat cukup banyak mikroflora di permukaan saluran pernafasan ayam, kontak secara langsung dengan udara pernafasan (udara dari luar tubuh) sangat memungkinkan terjadinya kontak antara mikroba kontaminan dalam udara dengan alat pernafasan ayam.

Manajemen "selimut" brooding DOC





Seperti yang sudah kita bahas dalam artikel sebelumnya, bahwa brooding periode DOC sangat menentukan hasil dari pemeliharaan broiler itu sendiri. Berikut akan sedikit kita kupas mengenai bagaimana manajemen brooding DOC yang baik dari awal DOC dating ke kandang hingga lepas masa brooding.

Mencegah Penyakit itu Mudah


                 Secara alamiah, kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan ayam tidaklah terjadi secara mendadak alias revolutif, akan tetapi secara bertahap, sesuai dengan interaksi antara bibit penyakit (BP) yang ada dengan ayam yang kita pelihara.  Pemahaman atas tulisan ini tentu saja akan mempermudah peternak untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dalam  lingkungan peternakannya secara efektif dan strategis.

Pendingin ruangan kandang



Kunci dari beternak broiler adalah bagaimana meningkatkan kenyamanan ayam, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan performa ayam itu sendiri. Salah satunya adalah dengan melakukan cooling kandang, yaitu menurunkan suhu ruangan dalam kandang. Cooling ini juga berperan sebagai control untuk meminimalkan jumlah ookista penyakit dalam ruangan kandang. Pemesanan: pin BB 277cd919.

Rabu, 06 November 2013

Antara Menggigil dan Kegerahan



Ayam moderen sekarang tampaknya memang lebih cengeng.  Temperatur, kelembaban dan kualitas udara yang baik sangat dibutuhkan untuk mengekspresikan potensi genetiknya.  Sebab jika tidak, maka ayam mogok tumbuh atau bahkan mati.  Ujung-ujungnya adalah urusan uang, peternak akan untung atau rugi dalam usaha peternakannya.  Seri pertama tulisan ini hanya membahas hal terkait temperatur, bagaimana respon faali (fisiologis) dan respon kekebalan (imunologis) ayam dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungannya.

Bayang Bayang Snot



Fenomena kasus penyakit Snot alias pilek ayam menular, atau Coryza,  pada peternakan ayam moderen ibarat bermain “petak umpet”.  Menjengkelkan, bahkan kadang kala dapat membuat peternak kalap, sehingga dalam mengatasinya penggunaan preparat antibiotika sudah tidak rasional lagi.  Beberapa informasi dalam tulisan berikut mungkin perlu disimak, agar kasus tidak merupakan langganan yang seolah tak dapat ditampik.

Koli sang Pecundang



Kasus Kolibasilosis pada peternakan ayam modern ibarat “naza” alias bahan adiktif.  Akrab dengan ayam broiler, karib dengan ayam petelur atau bahkan juga “intim” dengan ayam bibit.  Apakah benar ayam modern lebih peka terhadap kuman Koli?  Atau, apakah teknik pemeliharaan yang makin efisien secara tidak sengaja telah membuat kuman Koli menjadi “meraja-lela”?
                Adanya suatu peribahasa Latin kuno, “Inter faeces urinumque homo est natus” (artinya: manusia dilahirkan di antara feses dan urin), merupakan suatu kesadaran awal akan adanya kesamaan mikroflora komensal antara ibu dan anak.  Ketika Escherich (1885) berusaha mencari hubungan antara mikroflora feses bayi dengan kasus-kasus infeksi enterik, beliau menemukan Bacterium coli commune sebagai patogen pada usus bayi dan ibunya.  Belakangan, sebagai tanda penghargaan baginya, mikroba tersebut diberi nama Escherichia coli.

Awal yang Baik



Awal yang baik akan memberikan hasil yang baik.  Ternyata, pepatah kuno tersebut juga berlaku pada aktifitas pemeliharaan ayam modern.  Soalnya, kesalahan pada penanganan awal telah terbukti akan mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya yang tidak prima alias kurang “tokcer” pada pertumbuhannya. 
 Berdasarkan pengamatan lapangan, ada tiga masalah yang paling sering mengganggu pemeliharaan awal ayam, yaitu: tingginya faktor stres yang ada, peradangan tali pusar (omphalitis) dan dehidrasi (kehilangan cairan tubuh yang berlebihan).  Tulisan ini akan difokuskan pada hal-hal yang terkait dengan masalah stres.

Immunosupresif



Selain berbekal kemampuan teknis yang memadai, seorang praktisi lapangan kadang kala membutuhkan suatu instuisi yang tajam dalam mencari penyebab utama kasus-kasus yang sedang dihadapinya.  Perpaduan antara kedua hal tersebut di atas akan menjadi lebih baik lagi jika disertai dengan pengalaman lapang yang cukup.
Gangguan pada sistem pertahanan tubuh yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang bersifat imunosupresif (faktor yang menekan/mendepresi respon pertahanan tubuh) mungkin menjadi suatu contoh yang paling representatif dewasa ini.  Akibat jeleknya sistem pertahanan tubuh, maka akan muncul kasus-kasus infeksius yang sangat bervariasi baik dalam jenis maupun dalam derajat keparahannya, bahkan cenderung dalam bentuk infeksi kompleks yang berulang-ulang. Akibat tubuh hanya mengandalkan kekuatan dari potensi suatu antibiotika dalam suatu program pengobatan, maka program antibiotika tersebut seolah-olah tidak “cespleng” atau bahkan gagal sama sekali.  Antibiotika seolah sudah tidak berdaya sama sekali.

Kalau Ayam "Ogah" Tumbuh


                 Menganalisa kasus ayam kerdil atau dalam bahasa “keren”nya disebut “Runting and Stunting Syndrome” (RSS) haruslah dilakukan dengan kepala dingin.  Jika tidak, saling tuding antara peternak broiler di suatu pihak dengan para pembibit di pihak lain akan terus berlangsung.  Kondisi ini tentu saja tidak menguntungkan dan akan mengakibatkan kasus yang terjadi tidak akan terselesaikan dengan baik.
                Kasus RSS sebenarnya pertama kali dilaporkan di Inggris pada tahun 1949, namun kejadiannya hanya sporadik dan setelah itu hilang dengan sendirinya.  Pada pertengahan tahun 1970 kasus yang mirip dilaporkan lagi di daratan Eropah dalam waktu yang hampir bersamaan dengan adanya perbaikan penampilan ayam broiler yang begitu progresif.  Setelah itu, kasus RSS terus menerus dilaporkan terjadi secara sporadik di berbagai belahan dunia, hanya saja dalam kadar yang tidak begitu hebat.
                Di Indonesia, kasus RSS pertama kali terjadi di Sumatera Utara pada pertengahan tahun 1994.  Saat itu hanya strain tertentu yang terserang, sehingga banyak peternak yakin akan adanya hubungan antara kasus RSS dengan genetik ayam tersebut.  Pihak pemerintahan pun pada saat itu terkesan tidak siap dan larut dalam emosi peternak yang terkena kasus, sehingga tergesa-gesa mengeluarkan larangan impor bibit ayam dari strain yang bersangkutan (walaupun larangan itu sekarang telah dicabut).

Kualitas DOC dan Pola Kematian Awal



Cukup banyak sudah hal-hal yang berhubungan dengan kualitas DOC (anak ayam umur sehari) dibahas oleh para ahli maupun praktisi perunggasan.  Tulisan ini memuat pengalaman seorang praktisi lapang yang sudah makan “asam garam” pemeliharaan ayam broiler lebih dari duapuluh tahun. 
Di lapangan tidak jarang dijumpai terjadinya silang pendapat antara para peternak komersil dengan perusahaan pembibitan, baik itu mengenai bobot badan, kondisi, maupun kematian DOC yang relatif tinggi pada saat peternak menerimanya di lokasi peternakan broiler.  Sebelum mencari pemecahan pendapat tersebut, ada baiknya persepsi mengenai kualitas DOC disamakan terlebih dahulu.   

Air dan Kehidupan Broiler Modern


Air tak dapat dipisahkan dari suatu kehidupan, termasuk pada ayam broiler moderen.  Adanya masalah air minum selama pemeliharaan ayam broiler, baik dari segi kuantitas ataupun kualitas, tentu saja akan mempengaruhi penampilan akhirnya.  Tuaian panen jelas tidak sesuai dengan potensi genetik ayam yang dipelihara dan kerugianpun nyata di depan mata peternak.
Air bersih merupakan suatu komponen kimia yang sangat penting untuk kehidupan dan pertumbuhan ayam potong.  Sebagai ilustrasi, walaupun kehilangan sampai dengan 98% dari lemak tubuhnya atau 50% dari protein tubuhnya ayam akan tetap hidup.  Akan tetapi, jika kehilangan air tubuh sampai dengan 10%, ayam dewasa akan mengalami gangguan-gangguan fisiologis yang cukup serius.  Menurut Pattison (1993), kehilangan air tubuh sampai dengan 20% akan mengakibatkan kematian ayam secara nyata.

Ada Apa Dengan Broiler?



Kegagalan suatu inovasi baru dapat disebabkan oleh macetnya komunikasi, begitu kata seorang ahli komunikasi masa.  Tampaknya, pendapat sang ahli tersebut tidak bisa dipungkiri, terutama kalau berbicara tentang ayam moderen.  Tulisan ini tidak saja mencoba mengupas fakta fenotip ayam broiler akibat perbaikan genetika, tapi juga perubahan tata laksana pemeliharaannya yang harus disesuaikan seiring dengan perubahan fakta fenotip tersebut.
Hampir semua praktisi lapang sepakat, bahwa ayam broiler sekarang tidak sama dengan ayam broiler sepuluh tahun yang lalu.